Dalam bidang teknologi informasi (TI), wanita tak kalah dibanding pria. Kesabaraan, kepekaan, ketelitian, dan kepandaian berkomunikasi yang khas, menjadi kompetensi ‘mahal’ para wanita untuk berkarier di bidang ini. Wanita-wanita yang sukses menjadi ’petinggi’ di bidang TI di bawah ini, mengungkapkan, ada sejumlah peluang karier di dunia TI yang menanti wanita.
TEKNOLOGI BAGAI SULAP
Kemampuan wanita berperan penting di dunia TI, terwakili oleh Sylvia Efi Widyantari Sumarlin (44), ketua umum Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). Sesuai jabatannya, tugas yang diembannya tak mudah. Mulai dari mengurus berbagai izin dan proses kemudahan bagi pengguna jasa internet (termasuk mengurus pajak jasa dan ikut merencanakan isi undang-undang cyber crime) sampai menanggapi kritik, saran, dan keluhan dari pengguna jasa internet. “Saya juga mesti pandai membagi waktu untuk mengurus 245 anggota penyelenggara jasa internet,” ujar Efi, yang disebut-sebut sebagai pelopor chatting dan penyelenggara e-commerce pertama di Indonesia.
“Tak hanya berhubungan dengan komputer, teknologi bisa dinikmati lewat hair dryer yang makin canggih, atau ponsel dengan semua pelengkapnya,“ ungkap pemilik gelar Master of Arts Ekonomi dan Master of Arts Hubungan Internasional di Syracuse University, AS, ini.
Sesuai bekal akademis yang dimilikinya, Efi sempat menekuni karier di bidang keuangan di Amerika dan di Indonesia. Namun, akhirnya Efi menekuni dunia TI yang diminatinya. Di tahun 1995, bersama suaminya, Rudy Hari, Efi mendirikan PT Dyviacom Intrabumi Tbk., perusahaan yang menyediakan jasa internet (D-net). Perusahaannya menjadi perusahaan jasa internet pertama yang masuk bursa pada tahun 2000.
Selain Efie, Cin Cin (31) juga pantas disebut sebagai wanita karier yang sukses di bidang TI. Jabatannya adalah Direktur Industry Standard Server Technology Solutions Group. Meski menyukainya, Cin Cin tak pernah bercita-cita berkarier di bidang TI. Latar belakang pendidikannya adalah Teknik Arsitektur Jurusan Real Estate, Universitas Tarumanegara. “Saya bercita-cita jadi arsitek. Tapi, ketika lulus tahun 1998, bisnis properti sedang mengalami krisis. Hal itu membuat saya ragu untuk terjun ke dalamnya,” ujar Cin Cin.
Di saat yang sama, ia mendapat tawaran bekerja sebagai product executive di Metrodata, salah satu perusahaan TI terbesar di Indonesia. Cin Cin mengakui, keputusannya menerima tawaran kerja di Metrodata sempat dihadang persepsi yang berkembang di masyarakat, bahwa karier di bidang TI identik dengan dunia pria.
Berbagai kegiatan pelatihan yang diberikan perusahaan juga diikutinya dengan antusiasme tinggi. Berkat ketekunannya, karier Cin Cin terus melejit. Pada tahun 2000, ia pindah ke Compaq dan dipercaya menduduki posisi sebagai product manager untuk server. Di tahun 2002, saat terjadi merger antara HP dengan Compaq, Cin Cin menduduki jabatan sebagai Direktur Industry Standard Server Technology Solutions Group, hingga saat ini, membawahi puluhan anak buah yang semuanya pria.
BUKAN HANYA UNTUK PRIA
Menurut Cin Cin, persoalan waktu kerja yang tidak mengenal batas, juga menjadi hal lain yang membedakan dunia TI dari dunia lain. “Seperti saya, jam kerja memang pukul 9 hingga pukul 5 sore. Tapi, kenyataannya, waktu kerja saya 9 to 9, karena banyak hal yang harus dilakukan. Waktu 24 jam sering kali terasa kurang,” ungkapnya. Jam kerja sehari-hari itu, belum termasuk berbagai tugas atau pelatihan di luar kota dan di luar negeri.
Selain time management, sikap percaya diri disebut Efi sebagai salah satu modal bagi wanita. “Percaya diri inilah yang membuat wanita bisa masuk dalam lingkungan TI, yang katanya didominasi para pria. Untuk bidang engineering, memang benar, perbandingan pria dan wanitanya masih 5:1. Tetapi, untuk bidang-bidang yang lain, wanita lebih unggul,” kata Efi.
Bidang lain yang dimaksud Efi adalah kreativitas sebagai web designer. “Urusan desain yang berhubungan dengan kreativitas, masih diangggap pria sebagai sesuatu yang feminin, karena membutuhkan kesabaran,” kata Efi.
Selain itu, peluang karier yang terbuka luas adalah sebagai program analyst, project manager, karena lebih sensitif dan peka melihat kebutuhan klien, dan di bidang product development, sebagai quality control, karena wanita bisa lebih teliti melihat ketidaksempurnaan. Peluang di bagian Training TI, yakni melakukan training pemasaran dan training produk, juga bisa dimanfaatkan, karena wanita memiliki kemampuan komunikasi yang baik.
Cin Cin melanjutkan, wanita memiliki kelebihan-kelebihan yang berguna, di antaranya kemampuan berkomunikasi, kesabaran, dan multitasking. “Sejak kecil, wanita kan dididik untuk bisa mengerjakan banyak hal dalam waktu yang bersamaan, hal ini berguna sekali untuk diterapkan dalam dunia TI yang serba cepat dan dinamis,” ungkapnya.
[Dari femina 39 / 2007]
Sabtu, 10 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar